Kolaborasi Industri Telekomunikasi Dalam Meningkatkan Ekonomi Digital Di Tengah Ancaman Resesi 2023

Tahun 2023 sepertinya akan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi seluruh perekonomian negara di dunia. Bagaimana tidak, banyak pihak termasuk Pemerintah yang memprediksi pada tahun 2023 kondisi perekonomian global akan mengalami “Resesi”. Hal tersebut dipicu oleh keadaan saat bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi. Sebenarnya apa sih resesi ekonomi itu? Dari banyak definisi, Resesi Ekonomi adalah suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang berada dalam kondisi yang buruk dimana bisa dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, kemudian pengangguran yang meningkat serta pertumbuhan ekonomi riil mengalami penurunan selama 2 kuartal berturut – turut.
Berdasarkan laporan IMF per Oktober 2022 menyebutkan bahwa jika negara maju yang berpotensi terkena resesi ekonomi tersebut menyumbang sekitar sepertiga dari ekonomi global, sehingga dampak yang akan terjadi dapat meluas.
Indonesia sendiri pernah mengalami krisis ekonomi pada tahun 1998 dan 2008. Tentunya, krisis ekonomi yang terjadi di tahun 1998 sangat berbeda dengan krisis yang terjadi tahun 2008. Untuk krisis ekonomi 98, terjadi krisis moneter di Indonesia sehingga berdampak pada nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan yang sangat dalam dan krisis tersebut hanya terdampak di Indonesia. Lalu, krisis di 2008 dipicu oleh subprime mortgage di Amerika Serikat yang berdampak ke berbagai belahan dunia, tidak hanya Indonesia.
Hadapi Ancaman Resesi 2023 Dengan “Kolaborasi” Dalam Mendorong Ekonomi Digital
Untuk menghadapi resesi ekonomi 2023, Kolaborasi adalah salah satu kunci yang sangat penting untuk bisa bertahan dalam menjalankan roda bisnisnya masing – masing, tidak terkecuali para pelaku di industri telekomunikasi. Para pelaku usaha di industri telekomunikasi pun juga membuka diri untuk bisa berkolaborasi maupun bersinergi. Presiden Joko Widodo sempat menyinggung jika potensi ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai US$ 146 miliar, sedangkan kontribusinya diproyeksikan tumbuh hingga delapan kali lipat menjadi Rp 4.531 triliun di tahun 2030 mendatang.
Sepanjang 2022 Surge (WIFI) telah membangun ekosistem digital yang meliputi infrastruktur serat optik di sepanjang Rel Kereta Api Pulau Jawa sepanjang 2800 km dari Merak hingga Banyuwangi, 58 lokasi Edge Data Center, Content Delivery Network (CDN), serta Kerjasama penempatan Fiber Optic baik di Jalan tol (highway) maupun di jalan raya (roadside). Melalui entitas anak usaha PT. Integrasi Jaringan Ekosistem (Weave), Surge terus meningkatkan kerjasama kolaborasi dengan berbagai pihak, diantaranya menggandeng seluruh Internet Service Provider (ISP) untuk bisa memanfaatkan infrastruktur serat optik yang dimiliki perseroan baik pada jalur kereta api (railway), jalan tol (highway), dan juga pada jalan raya (roadside), sehingga kedepannya dapat tercipta konektivitas yang handal dan terjangkau di Pulau Jawa yang dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.
Baca Juga :
https://blog.surge.co.id/xl-axiata-menggandeng-surge-wifi-manfaatkan-fiber-optik/
CEO Surge, Hermansjah Haryono mengatakan
“Tahun 2023 merupakan tahun yang sangat berhati – hati dalam membuat keputusan. Dalam menghadapi potensi resesi ekonomi globa, kunci untuk bisa bertahan adalah dengan kolaborasi, dan kami sangat terbuka berkolaborasi dengan berbagai pelaku telekomunikasi, untuk dapat mengakselerasi pertumbuhan bisnis bersama dan meningkatkan ekonomi digital Indonesia”.
Ujar Hermansjah dalam Seminar Digital Telco Outlook 2023 di Jakarta.