Surge jadi solusi transformasi digital untuk Start Up dan UMKM

Sebagai digital ecosystem, Surge menjawab tantangan atas kebutuhan konektivitas, advertising media serta software. Ketiga hal itu menjadi pilar utama perusahaan ekosistem digital terdepan di Indonesia tersebut.
Kebutuhan akan internet dan konektivitas yang baik semakin tinggi di era pandemi seperti saat ini. Di mana, kebiasaan baru yang diterapkan masyarakat menuntut transformasi digital dilakukan dengan cepat. Segala hal dilakukan secara digital, termasuk proses jual beli serta jasa. Maka, konektivitas dan layanan internet menjadi modal utama bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta Start Up.
Transformasi digital di semua aspek
Lebih jauh, pandemi memaksa pelaku bisnis untuk beralih ke digital. “Selama pandemi ini kelihatan banget pelaku bisnis, entrepreneurship, maupun start up atau divisi dalam perusahaan semuanya melakukan inisiatif digital. Karena kondisinya memaksa untuk efisiensi, prokes, reason-nya sudah banyak. Setiap orang sedang dalan proses digitally transform,” ujar CEO Surge, Hermansjah Haryono saat ditemui di Jakarta, Kamis, 10 Juni 2021. Sehingga, konektivitas dan layanan internet menjadi modal utama yang dibutuhkan untuk bertahan dan berkembang.
Surge sendiri merupakan sebuah digital ecosystem yang terdiri dari 3 pilar. Pilar pertama adverstising media,digital media. Lalu pilar keduanya adalah pengembangan aplikasi, software. Serta pilar ketiga merupakan connectivity atau network infrastruktur.
Ketiga hal tersebut akan menjadi ‘amunisi’ bagi pebisnis di era yang penuh tantantan ini. “Ekosistem digital sebagai solusi untuk para pebisnis di era transformasi digital. Istilah di Surge, solution planner. Pilar pertama media, pilar kedua software house, ketiga connectivity untuk memberikan akses connection. Dengan tiga pilar kami mencoba memberikan solusi digital transformasi pada para entrepeneur,” papar Iman, sapaan Hermansjah.
Surge siap mendukung para pebisnis untuk mempercepat proses transformasi digital. “Dengan gabung dengan kami di mana ada pengembangan aplikasi, perencana back end kita bisa memberi advise, kita bisa mengadakan kerja sama. Kalau perlu core, pakai core yang kita bangun. Perlu aplikasi, kita bisa bantu pembangunan aplikasi. Jadinya no need to hire IT developer, kita bisa kerjasama. Itu dari sisi teknologi,” ungkap Iman.
Pria lulusan magister bisnis dari Cleveland State University, Ohio itu mengatakan, Start Up yang baru mulai kerja sama dengan Surge bisa dibantu mendapat advise development sampai akses ke market hingga dipromosikan di dalam kereta dengan internet free. “Kalau perlu mensosialisasikannya, kita punya digital media. Media yang ada di stasiun kereta api, traffic lumayan. Kayak kereta api sebelum pandemi 1,5 juta per hari yang di kereta listrik. Jadi kalau kita announce di situ, ‘eh ini ada aplikasi ini, lho’, itu kan istilahnya enggak usah bakar duit terlalu mahal. Dan kita pastiin mekanismenya itu bisa di-tracking performance-nya. Jadi ngisi iklan di tempat kita, kita selalu performance based. Kita harus bisa konversikan ke partner.“
Fiber optik sepanjang 2.800 Km
Iman melanjutkan, untuk sementara perusahaan memfokuskan diri sebagai penghantar antar kota untuk backbone. “Kami membangun fiber optik di samping rel kereta api 2.800 Km di Jawa, kami melewati stasiun. Jadi free wifi sementara ini ada di stasiun. Jika harus melebar ke luar sana, kami harus bekerja sama dengan partner lain, kolaborasi. Kita suplai dengan backbone yang kami miliki.”
Bisa dikatakan, backbone milik Surge lebih stabil. “Backbone yang kami miliki dibangun di samping rel kereta api. Tanah kereta api privat, clear sehingga fiber optik yang kami bangun lebih solid. Enggak ada gangguan tergali tidak sengaja lah, orang bakar sampah lah, dicuri lah misalnya. Jadi fiber optik yang kami bangun jauh lebih stabil,” papar Iman.
Sementara di tempat lain, gangguan seperti itu rutin terjadi karena tidak bisa dihindari karena dibangun di tempat umum. “Walaupun pemain sekarang sudah punya back up tapi di lokasi yang sama. Fiber optic kami lokasinya beda, ada di tanah privat, lebih stabil jadi lebih excellent operasionalnya,” ungkap pria yang sudah 20 tahun berpengalaman di industri telekomunikasi digital, dan pernah didaulat sebagai Commercial Director for Pacific Hub Region at Digicel Group dan VP for New Business, Enterprise, International Business & Trade Marketing di Hutchison 3 Indonesia tersebut.
Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada website: https://www.hops.id/